Tuesday, 6 January 2009

Klinik Pengobatan Sengatan Lebah (Apitherapy)

Berkaitan dengan manfaat sengatan lebah untuk kesehatan, kebetulan Madu Pramuka Cabang Jateng dan Madu Pramuka Pusat, Jakarta pernah kedatangan wartawan majalah INTISARI, I Gede Agung Yudana. Secara khusus mas Gede meliput ihwal sengatan lebah yang mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit itu. Mulai dari penyakit ringan macam migrain alias pusing sebelah, sakit kepala, gampang masuk angin, hingga penyakit kelas berat seperti disfungsi ereksi atawa lemah syahwat, kanker, tumor, dan kencing manis. Liputan tersebut termuat di majalah INTISARI edisi April, 1990 (hlm 154-161). Ingin tahu lebih jauh? Berikut cuplikannya.


Sengatan Lebah, Mengobati atau Meracuni?

Oleh. I Gede Agung Yudana

Sudah lama orang menganggap sengatan lebah bisa menyembuhkan penyakit rematik. Bahkan sekarang sudah ada orang yang membuka praktek pengobatan dengan sengatan lebah untuk berbagai penyakit. Namun, sedemikian hebatkah khasiat racun dari sengatan lebah itu?


Mas, mau mencoba disengat lebah?” tanya staf Museum Perlebahan Pusat Apiari Pramuka (PAP). “Ah engak!” jawab saya. Saya ‘kan datang ke Cibubur ini untuk mengunjungi museum. Saya tidak mau pulang dalam keadaan bengkak-bengkak dan panas dingin.


Tapi ternyata, orang lain yang datang ke tempat itu malah sengaja meminta dirinya disengat lebah. Buat apa?


“Eh, bisa menyembuhkan macam-macam penyakit!” kata beberapa orang dengan yakin. Pusing, tekanan darah tinggi maupun rendah, rematik, sesak napas, kanker mata minus dan bahkan lemah syahwat. Saya jadi penasaran. Saya lihat catatan PAP. Ternyata ada 1.683 orang yang datang minta disengat lebah pada tahun 1988. Tentang kesembuhan pasien, saya tidak memperoleh data yang pasti. Cuma, ada beberapa mantan pasien yang mengirimkan surat tanda terima kasih karena penderitaannya berkurang.


Saya sih jelas tidak kanker, tidak lemah syahwat, tetapi kadang-kadang saya pusing. Bagaimana kalau saya mencoba-coba?


Saya diajak masuk ke ruang penyengatan yang mirip ruang praktek dokter dan dipersilakan membuka baju. Kak Wawan yang berpakaian pramuka itu menjepit seekor lebah dari dalam gelas. Potongan sarang juga ada di sana agar serangga itu betah di dalamnya. Gelas itu ditutup, tapi tidak rapat, supaya lebah tidak kehabisan oksigen.


Setahu saya, orang yang disengat lebah akan demam, pusing, bahkan muntah. “Enggak kok!” kata Kak Wawan.


Lebah yang meronta-ronta di pinset itu dibawa dekat saya dan tiba-tiba cep..., pundak kiri saya terasa nyeri, lebih sakit daripada disuntik. Sekitar lim belas detik kemudian, sengat diangkat dengan pinset tadi. “Satu sengatan belum cukup, Mas!” kata staf Apiari itu. Yah, apa boleh buat. Saya pun merelakan pundak saya yang sebelah lagi untuk disengat.

Badan saya jadi berkeringat. Di sekitar yang disengat terasa sedikit gatal. Beberapa waktu kemudian mengencang. Saya raba ternyata sedikit bengkak. Yang saya rasakan cuma itu.


Madu dan Kunyit

Beberapa hari kemudian saya mengunjungi peternakan lebah di Gringsing, Kabupaten Batang, Jateng (maksudnya Madu Pramuka Cabang Jateng– ar). Saya ingin melihat langsung apa dan bagaimana peternakan lebah itu.


Eh, ternyata PAP di sini sering juga kedatangan pasien untuk berobat. Jadi saya pun menyempatkan diri untuk menemui dua pasien dari Semarang.


Pasien pertama yang saya temui adalah seorang bapak yang tidak bersedia disebut namanya. Pensiunan Departemen Tenaga Kerja ini menderita tumor di perut. Sebenarnya tumor tersebut harus dioperasi. Namun, karena ia juga mengidap penyakit gula, operasi pun dibatalkan. Kemudian ia tertarik pada pengobatan dengan sengatan lebah. Sebeleum bersemangat ria di Istana Lebah, PAP Gringsing, ia sempat menyengatkan diri di Malang selama seminggu.


Di Gringsing, bapak ini disengat seminggu dua kali, kemudian seminggu sekali dan telah datang 37 kali. Yang disengat meliputi sekeliling tumor, di tumornya sendiri, telapak kaki dan lutut bagian belakang. ”Sengatan itu bisa dianggap sebagai suntikan, sedangkan resep ’dokter’nya berupa campuran madu dan kunyit perasan,” katanya. Entah bagaimana prosesnya, konon tumornya menjadi alum (lembek) dan mengecil. Bahkan ia merasa badannya lebih fit.


Pasien kedua adalah Pak Hasrun Harnadi. Jebolan Pertamina yang kini menjadi pengusaha pom bensin ini, berhasil saya temui di areal calon pompa bensinnya di Truko, sekitar 10 km dari Gringsing ke arah Semarang. Bapak ini telah tiga tahun menderita lemah syahwat (impoten). Ia juga menderita rematik.


Menurut pengakuannya, setelah berobat sengatan lebah di Gringsing empat kali, dia merasa lebih kuat. ”Namun sekarang agak lemah lagi, karena kurang rutin ke sana,” tutur bapak berusia 57 tahun ini. Bukan itu saja, ”rematik saya pun jadi sembuh,” ungkapnya.


Dari keterangan tertulis Drs Hartono Hdw., seorang apoteker dari sebuah perusahaan farmasi, saya ketahui racun lebah memang sangat bermanfaat untuk rematik. Bahkan, dapat pula dipakai sebagai obat luar. Dengan sengatan lebah, kulit sekitarnya menjadi merah terasa hangat, karena darah banyak mengalir ke permukaan. Setelah diserap ke dalam tubuh berkat bantuan enzim-enzim dalam racun itu, kelenjar pituitary terangsang untuk menghasilkan hormon ACTH (Adrenal corticotrophic hormone). Hormon ini lalu merangsang cortex adrenal untuk memproduksi hormon kortison lebih banyak. Hormon kortison inilah yang sangat berguna untuk penyakit rematik.[]


Bagaimana? Anda penasaran ingin disengat juga?

No comments:

Post a Comment